Puncak Pencarian

Oleh: KH. Aunur Rafiq Saleh, Lc.

اَلَّذِيْنَ  اٰمَنُوْا  وَتَطْمَئِنُّ  قُلُوْبُهُمْ  بِذِكْرِ  اللّٰهِ   ۗ اَ لَا  بِذِكْرِ  اللّٰهِ  تَطْمَئِنُّ  الْقُلُوْبُ

“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’d: 28)

• Hati dan jiwa manusia selalu dalam pencarian. Ia selalu berusaha mendaki tangga-tangga keutamaan dan ketenangan. Tetapi ia tidak pernah puas dengan apa yang diraihnya, karena samudra keutamaan dan ketenangan itu sangat luas tidak bertepi.

• Setiap kali mencapai sesuatu pasti berusaha untuk mencapai yang lebih tinggi dan lebih mulia darinya, karena tidak ada kebahagiaan di alam materi kecuali di atasnya ada tingkatan lain yang dianggapnya lebih menyenangkan dan menggiurkan.

• Tetapi bila hati dan akal telah mencapai kebahagiaan dengan cahaya dan ma’rifat Ilahiyah maka ia telah mencapai puncak ketenangan sehingga tidak ingin berpindah darinya, karena sudah mendapatkan apa yang menjadi pencariannya dan memang tidak ada tingkatan kebahagiaan dan ketenangan hati yang lebih tinggi dan lebih sempurna darinya. Makna inilah yang diungkapkan firman Allah di atas: “Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram”.

• Ayat ini mengisyaratkan bahwa hati punya sejumlah tuntutan dan pencarian terus menerus di samudra ketenangan dan ketenteraman.

• Setiap kali mencapai suatu tingkatan pasti mencari tingkatan berikutnya. Tetapi di sana ada batas yang menjadi puncak pencariannya. Karena ia mengetahui tidak ada lagi tingkatan yang lebih tinggi darinya. Yaitu ketenangan dan ketenteraman dengan mengingat Allah.

• Bila belum mencapai puncak pencariannya, hati dan jiwa selalu gelisah, bergejolak dan labil.

• Di dalam hati dan jiwa manusia ada kekosongan dan kebutuhan yang tidak bisa diisi dan dipenuhi kecuali dengan “dzikrullah”.

• Dunia dan seluruh isinya tidak bisa memenuhi ruang kosong dan kebutuhan yang ada di dalam hati dan jiwa tersebut. Makin banyak diisi dengan dunia makin kuat ruang kosong itu menuntut pemenuhan. Makin banyak diisi dengan materi duniawi makin mencuat kegelisahannya.

• Tuntutan pemenuhan ini, bila belum terisi, bisa muncul dalam berbagai bentuknya dalam kehidupan seperti kegelisahan, depresi, gejolak jiwa, dan krisis moral lalu mendorong terjadinya kejahatan, korupsi, kemaksiatan, kemungkaran, kenakalan dan lainnya.

• Inilah salah satu sebab utama kenapa ada orang yang hidup mewah bergelimang harta kekayaan dunia tetapi masih mencari ketenangan dan ketentraman melalui narkoba dan sejenisnya.

• Hanya “dzikrullah” yang bisa mengisi ruang kosong dan kebutuhan jiwa itu dan menenangkan semua gejolak kegelisahannya.