Memilih Presiden RI Terbaik

oleh Iman Santoso, Lc.

Presiden RI sesuai konstitusi adalah Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan, memiliki otoritas sangat besar dan penting. Membawahi Kepolisian, Kejaksaan dan Tentara serta Membawahi kementerian. Bersama DPR RI menetapkan UU, menetapkan APBN dll. Sehingga baik dan buruknya Negera Republik Indonesia sangat ditentukan oleh Presiden RI. Dan pilpres terjadi setiap 5 tahun sekali, sebagai momentum bagi rakyat Indonesia untuk memilih Presiden RI terbaik untuk kemaslahatan rakyat.

Rakyat Indonesia dari segala levelnya, para petani, karyawan, guru, kyai, pengusaha, tokoh masyarakat dan tokoh bangsa memiliki satu suara dalam melilih capres dan cawapres yang tersedia. Dan siapapun mereka dalam memilih dipengaruhi oleh dua hal saja, berdasarkan nilai idealitas dan berdasarkan pragmatis atau dalam Istilah populernya membela yang benar atau membela yang bayar.

Membela yang bayar dalam arti memilih dan membela berdasarkan pemberian harta, jabatan, atau fasilitas yang lain atau bahkan karena tersandera kasus. Maka kelompok ini, siapapun mereka, baik perorangan maupun lembaga sudah kehilangan etis, objektifitas dan kredibilitasnya. Karena mereka memilih berdasarkan pragmatisme, walaupun dengan menjual harga diri, idealisme dan agamanya.

Sementara kelompok yang pertama, memilih dan membela yang benar, memilih berdasarkan nilai dan kriteria, baik secara agama maupun nilai luhur dan universal lainnya maka merekalah kelompok yang ikhlas dan ideal dalam memilih capres dan cawapres yang ada.

Dua pendekatan dalam memilih ini disebutkan banyak dalam Al- Qur’an. Orang yang berorientasi nilai ideal berarti berorientasi pada akhirat, sedang yang berorientasi pragmatis berarti berorientasi pada dunia. Allah berfirman:

{ وَمَن يُرِدۡ ثَوَابَ ٱلدُّنۡيَا نُؤۡتِهِۦ مِنۡهَا وَمَن يُرِدۡ ثَوَابَ ٱلۡأٓخِرَةِ نُؤۡتِهِۦ مِنۡهَاۚ وَسَنَجۡزِي ٱلشَّٰكِرِينَ }

Barang siapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya pahala (dunia) itu, dan barang siapa menghendaki pahala akhirat, Kami berikan (pula) kepadanya pahala (akhirat) itu, dan Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.
[Surat Ali ‘Imran: 145]

Negara Indonesia walaupun bukan negara agama, tetapi juga bukan negara sekuler. Sila kesatu dari Pancasila, menjadikan agama sebagai pedoman bagi rakyatnya, apalagi bangsa Indonesia yang mayoritasnya adalah muslim.

Islam dalam segala hal memerintahkan pada umat Islam untuk memilih yang benar dan terbaik yang tersedia, bukan memilih berdasarkan selera, hawa nafsu apalagi karena bayaran. Dalam memilih hewan kurban, maka memilih hewan yang terbaik, dalam memilih pasangan, baik suami atau istri maka memilih berdasarkan agamanya, dalam memilih semua level pemimpin, maka diperintahkan memilih yang terbaik. Bagaimana dengan memilih pemimpin puncak atau Presiden RI. Memilih yang terbaik dalam segala hal itulah ikhtiyar, dari kata khair (terbaik). Maka Allah memerintahkan kita untuk memilih Presiden RI terbaik. Rasulullah saw bersada:

مَنْ تَوَلَّى مِنْ أُمَرَاءِ الْمُسْلِمِينَ شَيْئًا فَاسْتَعْمَلَ عَلَيْهِمْ رَجُلًا وَهُوَ يَعْلَمُ أَنَّ فِيهِمْ مَنْ هُوَ أَوْلَى بِذَلِكَ وَأَعْلَمُ مِنْهُ بِكِتَابِ اللهِ وَسُنَّةِ رَسُولِهِ ، فَقَدْ خَانَ اللهَ وَرَسُولَهُ وَجَمِيعَ الْمُؤْمِنِينَ

“Barangsiapa mengangkat salah satu pemimpin umat Islam sebagai penguasa atas suatu hal dan mengangkat seorang laki-laki untuk memimpin mereka, padahal ia mengetahui bahwa di antara mereka ada yang lebih berhak untuk itu dan lebih mengetahui kitab Allah dan Sunnah darinya, maka ia berkhianat kepada Allah. , Rasul-Nya, dan semua orang yang beriman”. (HR At- Tabrani).

Dalam riwayat lain:

مَنِ اسْتَعْمَلَ رَجُلًا مِنْ عِصَابَةٍ وَفِي تِلْكَ الْعِصَابَةِ مَنْ هُوَ أَرْضَى لِلَّهِ مِنْهُ فَقَدْ خَانَ اللَّهَ وخانَ رَسُولَهُ وخانَ الْمُؤْمِنِينَ )، رواه الحاكم في مستدركه (4/ 104) ، والطبراني في ” المعجم الكبير ” (11/ 114) ،

“Jika kalian memilih pemimpin dari golongannya, padahal diantara mereka ada pemimpin yg lebih diridhoi Allah, maka kalian telah nyata berkhianat kpd Allah, Rasul-Nya, dan umat Islam” (HR. Al- Hakim).

Para ulama seperti Ibnu Hajar dll mengatakan hadits ini dhoif. Tetapi maknanya benar, karena umat Islam diperintahkan memilih pemimpin terbaik dari yang ada, termasuk memilih Presiden RI. Dalam hadits lain:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ بَيْنَمَا النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي مَجْلِسٍ يُحَدِّثُ الْقَوْمَ جَاءَهُ أَعْرَابِيٌّ فَقَالَ مَتَى السَّاعَةُ فَمَضَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُحَدِّثُ فَقَالَ بَعْضُ الْقَوْمِ سَمِعَ مَا قَالَ فَكَرِهَ مَا قَالَ وَقَالَ بَعْضُهُمْ بَلْ لَمْ يَسْمَعْ حَتَّى إِذَا قَضَى حَدِيثَهُ قَالَ أَيْنَ أُرَاهُ السَّائِلُ عَنْ السَّاعَةِ قَالَ هَا أَنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ فَإِذَا ضُيِّعَتْ الْأَمَانَةُ فَانْتَظِرْ السَّاعَةَ قَالَ كَيْفَ إِضَاعَتُهَا قَالَ إِذَا وُسِّدَ الْأَمْرُ إِلَى غَيْرِ أَهْلِهِ فَانْتَظِرْ السَّاعَةَ

Dari Abu Hurairah ra berkata: Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berada dalam suatu majelis membicarakan suatu kaum, tiba-tiba datanglah seorang Arab Badui lalu bertanya: “Kapan datangnya hari kiamat?” Namun Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tetap melanjutkan pembicaraannya. Sementara itu sebagian kaum ada yang berkata; “beliau mendengar perkataannya akan tetapi beliau tidak menyukai apa yang dikatakannya itu, ” dan ada pula sebagian yang mengatakan; “bahwa beliau tidak mendengar perkataannya.” Hingga akhirnya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menyelesaikan pembicaraannya, seraya berkata: “Mana orang yang bertanya tentang hari kiamat tadi?” Orang itu berkata: “saya wahai Rasulullah!”. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Apabila sudah hilang amanah maka tunggulah terjadinya kiamat”. Orang itu bertanya: “Bagaimana hilangnya amanat itu?” Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab: “Jika urusan diserahkan bukan kepada ahlinya, maka akan tunggulah terjadinya kiamat” [Bukhari]

Memilih pemimpin termasuk Presiden RI dalam Islam adalah ibadah dan kewajiban, benar dan salahnya akan dipertanggungjawabkan di akhirat. Wallahu a’lam.