Ta’ammulat Qur’aniyah
Narasumber : KH Aunur Rofiq Saleh Tamhid, Lc
اَمَّنْ يُّجِيْبُ الْمُضْطَرَّ اِذَا دَعَاهُ وَيَكْشِفُ السُّوْٓءَ وَيَجْعَلُكُمْ خُلَفَآءَ الْاَ رْضِ ۗ ءَاِلٰـهٌ مَّعَ اللّٰهِ ۗ قَلِيْلًا مَّا تَذَكَّرُوْنَ
“Bukankah Dia (Allah) yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila dia berdoa kepada-Nya, dan menghilangkan kesusahan dan menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah (pemimpin) di Bumi? Apakah di samping Allah ada Tuhan (yang lain)? Sedikit sekali (nikmat Allah) yang kamu ingat.” (QS. An-Naml: 62)
• Seringkali dalam kehidupan ini manusia dihadapkan pada kesulitan, bahkan sudah menjadi salah satu karakter kehidupan dunia. Tentu kesulitan ini untuk kebaikan manusia itu sendiri. Untuk mematangkan kepribadian, menguatkan mental, memberi pengalaman menyelesaikan masalah dan kebaikan-kebaikan lainnya dalam kehidupan ini.
• Ayat ini mengungkap manfaat lain dari kesulitan yang dihadapi manusia. Yaitu menjadi peluang bagi dikabulkannya doa-doa manusia, bahkan dari orang kafir sekalipun, apalagi dari orang-orang beriman.
• Ketika dihadapkan pada puncak kesulitan dalam hidup dan perjuangan, seharusnya seorang Muslim dan pejuang makin optimis bahwa tidak lama lagi akan datang kemudahan dan kemenangan. Asalkan puncak kesulitan ini “dinikmati” dan dijadikan peluang untuk mendapatkan kemudahan dan kemenangan, dengan berdoa kepada Allah memohon kemudahan dan kemenangan.
• “Keadaan sulit” inilah yang membuat Nabi saw berdoa dengan khusyu’ kepada Allah di perang Badar, memohon kemenangan, lalu Allah memberinya kemenangan.
• Keadaan sulit harus disikapi dengan tetap istiqamah di atas jalan yg benar dan terus melakukan usaha yang diperlukan, kemudian dikelola menjadi peluang untuk meningkatkan kapasitas, melejitkan potensi dan memenuhi prasyarat utama kepemimpinan dan kepeloporan.
• Itulah sebabnya “kelulusan” dalam menjalani dan mengelola masa-masa sulit ini memiliki kaitan dengan kalimat ayat berikutnya,
وَيَجْعَلُكُمْ خُلَفَآءَ الْاَ رْضِ
“Dan menjadikan kamu sebagai khalifah (pemimpin) di bumi”.
• Ini mengisyaratkan bahwa kemampuan mengelola “keadaan sulit” merupakan batu ujian yang harus dilewati bagi setiap orang yang ingin mendapatkan kemampuan leadership dalam kehidupan ini.
• Ini juga sejalan dengan ayat lain yang menyebutkan bahwa kesabaran menjadi prasyarat utama kepemimpinan. Firman Allah:
وَجَعَلْنَا مِنْهُمْ اَئِمَّةً يَّهْدُوْنَ بِاَ مْرِنَا لَمَّا صَبَرُوْا ۗ وَكَا نُوْا بِاٰ يٰتِنَا يُوْقِنُوْنَ
“Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami selama mereka sabar. Mereka meyakini ayat-ayat Kami.” (QS. As-Sajdah: 24)
• Selama 13 tahun Nabi saw dan para sahabatnya sukses menjalani masa-masa sulit di Mekah, kemudian setelah berhijrah ke Madinah mampu menunjukkan kapasitas kepemimpinan yang tidak ada bandingannya dalam sejarah umat manusia.