Kaidah “Amal Pengganti”

Narasumber : KH. Aunur Rafiq Saleh Tamhid, Lc.

وَّلَا  عَلَى  الَّذِيْنَ  اِذَا  مَاۤ  اَتَوْكَ  لِتَحْمِلَهُمْ  قُلْتَ  لَاۤ  اَجِدُ  مَاۤ  اَحْمِلُكُمْ  عَلَيْهِ   ۖ تَوَلَّوْا  وَّاَعْيُنُهُمْ  تَفِيْضُ  مِنَ  الدَّمْعِ  حَزَنًا  اَ  لَّا  يَجِدُوْا  مَا  يُنْفِقُوْنَ

“Dan tidak ada (pula dosa) atas orang-orang yang datang kepadamu (Muhammad), agar engkau memberi kendaraan kepada mereka, lalu engkau berkata, Aku tidak memperoleh kendaraan untuk membawamu, lalu mereka kembali, sedang mata mereka bercucuran air mata karena sedih, disebabkan mereka tidak memperoleh apa yang akan mereka infakkan (untuk ikut berperang).” (QS. At-Taubah: 92)

• Allah memberikan berbagai kesempatan istimewa bagi orang-orang beriman, agar mereka meraih derajat sangat tinggi dan dekat di sisi-Nya. Tetapi tidak semua orang bisa mendapatkannya karena suatu sebab syar’i yang tidak memungkinkannya, seperti kesempatan jihad di jalan Allah dan lainnya.

• Agar semua orang bisa mendapatkan berbagai kesempatan istimewa tersebut, Allah memberikan kesempatan yang sama dalam bentuk amal pengganti. Sekalipun pahalanya tidak sama sepenuhnya tetapi mendekati keutamaannya, karena statusnya sebagai amal pengganti.

• Seperti orang-orang yang tidak bisa ikut berjihad bersama Nabi saw karena tidak punya dana untuk membiayai keberangkatan mereka, sebagaimana disebutkan ayat di atas, padahal mereka serius ingin bisa ikut berjihad. Kepada orang-orang seperti ini, Allah memberikan pahala seperti pahala yang didapat orang-orang yang berangkat ke medan jihad. Karena Allah mengetahui kesungguhan hati mereka. Sabda Nabi saw:

إِنَّ بِالْمَدِينَةِ رِجَالًا مَا قَطَعْتُمْ وَادِيًا وَلَا سَلَكْتُمْ طَرِيقًا إِلَّا شَرِكُوكُمْ فِي الْأَجْرِ حَبَسَهُمْ الْعُذْرُ

“Sesungguhnya di kota Madinah terdapat sekelompok laki-laki, tidak ada lembah yang kalian tembus dan perjalanan yang kalian tempuh, kecuali mereka bersama kalian di dalam mendapatkan pahalanya karena udzur telah menghalangi mereka.” (Sunan Ibnu Majah 2755)

• Allah memberi keutamaan kepada muadzin. Tetapi tidak semua orang bisa menjadi muadzin sekalipun banyak orang yang menginginkannya. Sebagai gantinya, Nabi saw mensyariatkan menjawab adzan agar kesempatan mendapat keutamaan adzan itu bisa didapatkan semua.orang.

• Allah memberi keutamaan kepada orang-orang yang menunaikan rangkaian ibadah haji khususnya mulai tanggal 1 -10 Dzul Hijjah. Tetapi tidak semua orang bisa menunaikannya sekalipun sangat menginginkannya. Sebagai gantinya, Allah menjadikan sepuluh hari pertama bulan Dzul Hijjah sebagai hari-hari terbaik dunia untuk melaksanan berbagai amal saleh, agar mereka juga mendapat keutamaan yang didapatkan oleh orang-orang yang sedang menunaikan ibadah haji.

• Allah memberi keutamaan kepada orang-orang yang berperang di jalan Allah. Tetapi tidak semua orang bisa melakukannya sekalipun menginginkannya. Sebagai gantinya, Allah memberikan pahala berperang di jalan Allah bagi orang yang ikut menyiapkan bekal atau kebutuhan orang yang berangkat ke medan jihad. Sabda Nabi saw:

مَنْ جَهَّزَ غَازِيًا فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَقَدْ غَزَا وَمَنْ خَلَفَ غَازِيًا فِي سَبِيلِ اللَّهِ بِخَيْرٍ فَقَدْ غَزَا

“Barang siapa yang mempersiapkan (bekal) orang yang berperang di jalan Allah berarti dia telah berperang (mendapat pahala berperang). Dan barang siapa yang menjaga (menanggung urusan rumah) orang yang berperang di jalan Allah dengan baik berarti dia telah berperang.”(Shahih al-Bukhari 2631)

• Demikianlah, setiap kesempatan istimewa yang tidak bisa diraih oleh semua orang, Allah selalu memberikan amal pengganti agar semua orang memiliki kesempatan yang sama. Maka jangan sia-siakan amal pengganti yang diberikan.

• Bahkan ada amal pengganti yang agak sedikit berbeda dari kaidah di atas. Sejumlah orang miskin merasa iri kepada kesempatan amal yang dimiliki orang-orang kaya, karena bisa beramal banyak dengan hartanya sedangkan orang-orang miskin tidak bisa melakukannya. Kemudian Nabi saw memberikan amal pengganti buat mereka, sebagaimana riwayat berikut ini:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ وَهَذَا حَدِيثُ قُتَيْبَةَ
أَنَّ فُقَرَاءَ الْمُهَاجِرِينَ أَتَوْا رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالُوا ذَهَبَ أَهْلُ الدُّثُورِ بِالدَّرَجَاتِ الْعُلَى وَالنَّعِيمِ الْمُقِيمِ فَقَالَ وَمَا ذَاكَ قَالُوا يُصَلُّونَ كَمَا نُصَلِّي وَيَصُومُونَ كَمَا نَصُومُ وَيَتَصَدَّقُونَ وَلَا نَتَصَدَّقُ وَيُعْتِقُونَ وَلَا نُعْتِقُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَفَلَا أُعَلِّمُكُمْ شَيْئًا تُدْرِكُونَ بِهِ مَنْ سَبَقَكُمْ وَتَسْبِقُونَ بِهِ مَنْ بَعْدَكُمْ وَلَا يَكُونُ أَحَدٌ أَفْضَلَ مِنْكُمْ إِلَّا مَنْ صَنَعَ مِثْلَ مَا صَنَعْتُمْ قَالُوا بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ تُسَبِّحُونَ وَتُكَبِّرُونَ وَتَحْمَدُونَ دُبُرَ كُلِّ صَلَاةٍ ثَلَاثًا وَثَلَاثِينَ مَرَّةً
قَالَ أَبُو صَالِحٍ فَرَجَعَ فُقَرَاءُ الْمُهَاجِرِينَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالُوا سَمِعَ إِخْوَانُنَا أَهْلُ الْأَمْوَالِ بِمَا فَعَلْنَا فَفَعَلُوا مِثْلَهُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَلِكَ فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِهِ مَنْ يَشَاءُ

“Dari Abu Hurairah -dan ini adalah hadis Qutaibah- Bahwa orang-orang fakir Muhajirin menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sambil berkata; Orang-orang kaya telah memborong derajat-derajat ketinggian dan kenikmatan yang abadi. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya: Maksud kalian? Mereka menjawab: Orang-orang kaya shalat sebagaimana kami shalat, dan mereka berpuasa sebagaimana kami berpuasa, namun mereka bersedekah dan kami tidak bisa melakukannya, mereka bisa membebaskan tawanan dan kami tidak bisa melakukannya. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Maukah aku ajarkan kepada kalian sesuatu yang karenanya kalian bisa menyusul orang-orang yang mendahului kebaikan kalian, dan kalian bisa mendahului kebaikan orang-orang sesudah kalian, dan tak seorang pun lebih utama daripada kalian selain yang berbuat seperti yang kalian lakukan? Mereka menjawab; Baiklah wahai Rasulullah? Beliau bersabda: Kalian bertasbih, bertakbir, dan bertahmid setiap habis shalat sebanyak tiga puluh tiga kali. Abu shalih berkata; Tidak lama kemudian para fuqara’ Muhajirin kembali ke Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan berkata; Ternyata teman-teman kami yang banyak harta telah mendengar yang kami kerjakan, lalu mereka mengerjakan seperti itu! Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Itu adalah keutamaan Allah yang diberikan kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya!” (Shahih Muslim 936).