Oleh: KH. Iman Santoso, Lc, MEI
إنَّ اللَّهَ كَتَبَ الحَسَناتِ والسَّيِّئاتِ ثُمَّ بَيَّنَ ذلكَ، فمَن هَمَّ بحَسَنَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْها، كَتَبَها اللَّهُ له عِنْدَهُ حَسَنَةً كامِلَةً، فإنْ هو هَمَّ بها فَعَمِلَها، كَتَبَها اللَّهُ له عِنْدَهُ عَشْرَ حَسَناتٍ، إلى سَبْعِ مِائَةِ ضِعْفٍ، إلى أضْعافٍ كَثِيرَةٍ، ومَن هَمَّ بسَيِّئَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْها، كَتَبَها اللَّهُ له عِنْدَهُ حَسَنَةً كامِلَةً، فإنْ هو هَمَّ بها فَعَمِلَها، كَتَبَها اللَّهُ له سَيِّئَةً واحِدَةً.
“Sesungguhnya Allah mencatat (membalas) kebaikan dan keburukan, kemudian menjelaskannya. Siapa yang bercita-cita melakukan kebaikan, dan tidak terlaksana, maka Allah catat satu kebaikan yang sempurna. Jika ia bercita-cita dan mengamalkannya, maka Allah catat sepuluh kebaikan, sampai 700 kali lipat bahkan sampai berlipat-lipat yang banyak. Siapa yang bercita-cita melakukan keburukan dan tidak mengamalkannya, maka Allah catat satu kebaikan sempurna. Dan jika dia mengamalkan keburukan tsb, maka dicatat satu keburukan” (HR Bukhari)
Himmah adalah motivasi untuk beramal, dan ada dua macam, himmah ‘aliyah (obsesi atau cita-cita yang tinggi) dan himmah yang rendah. Dan himmah itu letaknya di hati dan merupakan amal hati. Jika burung terbang dengan sayapnya, maka manusia terbang dengan cita-citanya.
Landasan himmah atau energi motivasi terkuat adalah, iman, ilmu dan cinta. Allah berfirman:
وَٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ أَشَدُّ حُبّٗا لِّلَّهِۗ
“Adapun orang-orang yang beriman sangat besar cintanya kepada Allah”(QS Al-Baqarah 165)
Iman dan cinta dipupuk dengan ilmu. Cinta tanpa iman, tidak jelas arah, cinta tanpa ilmu akan salah. Ilmu bersinergi dengan iman, bersimbiosis mutualisme.
Maka jika seseorang memiliki iman yang kuat, ilmu yang dalam dan cinta yang membara maka akan memiliki himmah ‘aliyah
Berkata Umar bin Abdul Aziz pada istrinya:
يا فاطمة, إن لي نفساً تواقة, ما نالت شيئاً إلا اشتهت ما هو خير منه, اشتهيت الإمارة, فلما نلتها اشتهيت الخلافة, فلما نلتها اشتهيت ما هو خير منها, وهو الجنة!
“Wahai Fatimah ! Saya seorang yang punya ambisi tinggi, jika satu keinginan tercapai, maka berharap pada keinginan lain yang lebih baik. Saya berharap jadi gubernur (Madinah), ketika tercapai, saya ingin jadi kholifah, ketika tercapai, saya berharap yang lebih baik dari kholifah, yaitu surga”.