Diterjemahkan oleh: KH. Aunur Rafiq Saleh Tamhid, Lc.
Tahap Pertama: Hari Kematian.
Hari ditetapkannya kematian ini adalah hari berakhirnya kehidupan manusia. Allah memerintahkan para malaikat di langit agar pergi ke bumi untuk mengambil nyawanya hingga menyiapkan manusia untuk bertemu Tuhannya. Tidak ada seorang pun yang tahu hari ini. Bahkan ketika hari itu tiba manusia tidak mengetahui sebagai hari kematiannya.
Sekalipun manusia tidak mengetahui perkara ini tetapi dia merasakan sejumlah perubahan di dalam jasadnya, seperti dada orang mukmin terasa lapang pada hari tersebut dan dipenuhi rasa kebahagiaan. Sebaliknya orang jahat merasakan tekanan berat yang menghimpit dada dan hatinya. Pada tahapan ini setan-setan dan ifrit melihat turunnya para malaikat, tetapi manusia tidak bisa melihat mereka.
Tahap ini disebutkan di dalam firman Allah:
وَاتَّقُوا يَوْمًا تُرْجَعُونَ فِيهِ إِلَى اللَّهِ ثُمَّ تُوَفَّى كُلُّ نَفْسٍ مَا كَسَبَتْ وَهُمْ لا يُظْلَمُونَ
“Dan peliharalah dirimu dari (azab yang terjadi pada) hari yang pada waktu itu kamu semua dikembalikan kepada Allah. Kemudian masing-masing diri diberi balasan yang sempurna terhadap apa yang telah dikerjakannya, sedang mereka sedikit pun tidak dianiaya (dirugikan).” (QS. al-Baqarah: 281)
Tahap Kedua: Pengambilan Ruh secara bertahap.
Tahap ini dimulai dari telapak kaki hingga ruh naik di atas kedua kaki, kedua betis, kedua dengkul, di atas perut, dan dada kemudian sampai ke bagian tubuh manusia yang disebut “rongga dada bagian atas”. Di sini seseorang merasa sangat lelah dan bingung, merasakan seolah berada di bawah tekanan berat dan tidak mampu berdiri, karena kekuatan jasadnya makin lemah. Pada tahap ini ia masih tidak mengetahui bahwa ruhnya akan keluar dari jasadnya.
Tahap Ketiga: Tahap “at-Taroqi” (Rongga dada bagian atas).
Tahap ini disebutkan dalam al-Quran:
كَلا إِذَا بَلَغَتِ التَّرَاقِيَ وَقِيلَ مَنْ رَاقٍ وَظَنَّ أَنَّهُ الْفِرَاقُ وَالْتَفَّتِ السَّاقُ بِالسَّاقِ ُ
“Sekali-kali jangan. Apabila nafas (seseorang) telah (mendesak) sampai ke kerongkongan, dan dikatakan (kepadanya): “Siapakah yang dapat menyembuhkan?”, dan dia yakin bahwa sesungguhnya itulah waktu perpisahan (dengan dunia), dan bertaut betis (kiri) dengan betis (kanan),” (QS. al-Qiyamah: 26-29).
“At-Taroqi” adalah dua tulang yang ada di bawah leher dan membentang sampai ke kedua bahu.
وَقِيلَ مَنْ رَاقٍ
“dan dikatakan (kepadanya): “Siapakah yang dapat menyembuhkan?” Dikatakan, siapakah yang akan membawa ruhnya dan mengambilnya? Atau dengan ungkapan lain: Siapakah yang hendak mengambil ruhku? Apakah malaikat-malikat rahmat ataukah malaikat-malaikat adzab yang berkumpul di dekatnya. مَنْ رَاقٍ Yakni siapa yang dapat menyembuhkan, sementara dia melihat kerabatnya ada yang mengatakan, ‘Kita panggilkan dokter”, ada yang mengatakan, “Kita panggilkan ambulan”, dan ada pula yang mengatakan, “Kita bacakan al-Quran”.
Di tengah suasana ini ia masih berharap bisa hidup dan tidak yakin bahwa ruhnya akan meninggalkan jasadnya:
وَظَنَّ أَنَّهُ الْفِرَاقُ
“dan dia yakin bahwa sesungguhnya itulah waktu perpisahan (dengan dunia)”.
Sampai detik ini dia tidak yakin akan mati dan masih berjuang untuk bisa hidup. Tetapi Allah berfirman:
وَالْتَفَّتِ السَّاقُ بِالسَّاقِ ُ
“dan bertaut betis (kiri) dengan betis (kanan),”
Berakhir sudah, ruh telah keluar dari kedua betis dan dia tidak bisa lagi menggerakkan keduanya. Ruh pun keluar dari jasad dan sampai ke “rongga dada bagian atas”: “Sekali-kali jangan. Apabila nafas (seseorang) telah (mendesak) sampai ke kerongkongan..”.
Tahap Keempat: Ruh Di Tenggorokan.
Ini merupakan tahap akhir kematian. Tahap ini sangat sulit bagi manusia, karena saat itu tabir dan penutup dihilangkan dari kedua matanya hingga bisa melihat malaikat yang hadir di sekitarnya. Dari sini dimulai tahapan melihat akhirat. Firman Allah:
فَكَشَفْنَا عَنْكَ غِطَاءَكَ فَبَصَرُكَ الْيَوْمَ حَدِيدٌ
“…maka Kami singkapkan dari padamu tutup (yang menutupi) matamu, maka penglihatanmu pada hari itu amat tajam.” (QS. Qaf: 22).
Tahap ini disebut dengan tahap “ruh di tenggorokan”. Karena firman Allah menyebutkan:
فَلَوْلا إِذَا بَلَغَتِ الْحُلْقُومَ وَأَنْتُمْ حِينَئِذٍ تَنْظُرُونَ وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْكُمْ وَلَكِنْ لا تُبْصِرُونَ
“Maka mengapa ketika nyawa sampai di tenggorokan, padahal kamu ketika itu melihat, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada kamu. Tetapi kamu tidak melihat,”. (QS. al-Waqi’ah: 83-85).
Allah menyampaikan kepada orang-orang yang ada di sekitarnya. Kalian berada di suatu tempat sedangkan dia ada di tempat yang lain. Kalian melihat sesuatu sedangkan dia melihat sesuatu yang lain. Ia melihat rahmat Allah jika seorang yang saleh atau melihat murka dan siksa-Nya jika seorang yang berlumuran dosa. Karena itu, kalian melihatnya tengah memandangi tempat dan titik tertentu.
وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْكُمْ وَلَكِنْ لا تُبْصِرُونَ
“…padahal kamu ketika itu melihat, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada kamu. Tetapi kamu tidak melihat,”.
Tahap ini paling sulit dalam proses pencabutan nyawa manusia, karena dia mendapati apa yang dijanjikan Allah menjadi kenyataan, dapat memahami Allah dengan segenap entitasnya, dapat melihat malaikat, dan mendapati semua amal perbuatannya selama hidupnya terpampang di depan kedua matanya.
Pada titik ini terjadi “fitnah kematian”. Setan masuk ke dalamnya untuk menimbulkan keraguan pada manusia terhadap berbagai keyakinannya: Agar manusia ragu kepada Allah, ragu kepada Nabi, ragu kepada agama, ragu kepada al-Quran dan lainnya. Setan berusaha sekuat tenaga membuat manusia keluar dari dunia dalam keadaan kafir. Di sini setan yakin bahwa tahap ini merupakan kesempatan terakhir untuk melancarkan “pukulan” terakhir, pukulan paling kuat dari semua pukulan yang pernah dilakukannya. Karena itu, al-Quran memberitahukan kepada kita agar kita berlindung kepada Allah dari fitnah kematian ini:
وَقُلْ رَبِّ أَعُوذُ بِكَ مِنْ هَمَزَاتِ الشَّيَاطِينِ وَأَعُوذُ بِكَ رَبِّ أَنْ يَحْضُرُون
“Dan katakanlah: “Ya Tuhanku aku berlindung kepada Engkau dari bisikan-bisikan setan. Dan aku berlindung (pula) kepada Engkau ya Tuhanku, dari kedatangan mereka kepadaku.” (QS. al-Mukminun: 97-98).
Karena itu, Nabi saw bersabda: “Siapa yang hidup di atas sesuatu maka ia akan mati di atasnya”. Jika kamu hidup memperjuangkan Islam dan mencintai Allah dan Nabi saw maka kamu akan meninggalkan dunia ini dalam keadaan tersebut.
Jika detik kematian yang terakhir tiba maka setan menampakkan diri kepada orang yang sedang sekarat dalam wujud salah seorang kerabatnya yang telah meninggal dunia seraya mengatakan dengan suara keras, “Saya telah meninggal sebelummu, dan ternyata Islam bukan agama yang benar. Demikian pula Nabi tidak membawa agama yang benar. Karena itu, ingkarilah semuanya”. Ini sebagaimana disebutkan salah satu ayat al-Quran:
كَمَثَلِ الشَّيْطَانِ إِذْ قَالَ لِلإنْسَانِ اكْفُرْ فَلَمَّا كَفَرَ قَالَ إِنِّي بَرِيءٌ مِنْكَ إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ رَبَّ الْعَالَمِينَ
“(Bujukan orang-orang munafik itu adalah) seperti (bujukan) setan ketika dia berkata kepada manusia: “Kafirlah kamu”, maka tatkala manusia itu telah kafir ia berkata: “Sesungguhnya aku berlepas diri dari kamu karena sesungguhnya aku takut kepada Allah Tuhan semesta alam”. (QS. al-Hasyr: 16).
Tahap Kelima: Tahap Masuknya Izrail.
Pada tahap ini manusia mengetahui apakah dia termasuk orang yang mendapat rahmat atau adzab. Pada tahap ini ia melihat hasil semua amalnya dan mengetahui nasib akhirnya. Nabi saw telah menggambarkan tahap ini secara detil, terutama tentang mereka yang pernah melakukan berbagai dosa dan maksiat dan belum sempat bertobat sehingga mereka bertemu Allah dengan membawa dosa dan maksiat. Firman Allah:
وَالنَّازِعَاتِ غَرْقًا
“Demi (malaikat-malaikat) yang mencabut (nyawa) dengan keras,”. (QS. an-Nazi’at: 1).
Nabi saw menjelaskan, ada sejumlah malaikat di dalam neraka Jahim menyiapkan kafan dari neraka dan mencabut nyawa manusia yang bermaksiat dengan cara yang menyakitkan dan mencabut nyawa dengan keras. Al-Quran menyebutkan sulitnya tahapan ini di dalam salah satu ayatnya:
فَكَيْفَ إِذَا تَوَفَّتْهُمُ الْمَلائِكَةُ يَضْرِبُونَ وُجُوهَهُمْ وَأَدْبَارَهُمْ
“Bagaimanakah (keadaan mereka) apabila malaikat (maut) mencabut nyawa mereka seraya memukul muka mereka dan punggung mereka?” (QS. Muhammad: 27).
Tahap Keenam: Nyawa Siap Dicabut.
Pada tahap ini malaikat maut masuk sedangkan ruh manusia telah siap dicabut dan telah sampai puncaknya, telah melewati tenggorokan dan berada di mulut dan hidungnya; siap keluar dan diserahkan kepada Izrail. Jika orang itu pelaku maksiat maka malaikat berkata kepadanya: Wahai ruh yang busuk, keluarlah ke neraka seraya mendapatkan siksa dan murka Tuhan. Di sini wajah batin manusia menjadi hitam lalu berteriak:
رَبِّ ارْجِعُونِ
“Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia),”. (QS. al-Mukminun: 99).
Allah berfirman tentang hal ini:
وَجَاءَتْ سَكْرَةُ الْمَوْتِ بِالْحَقِّ ذَلِكَ مَا كُنْتَ مِنْهُ تَحِيدُ
“Dan datanglah sakaratulmaut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari daripadanya.” (QS. Qaf: 19)
Sakratul maut artinya segala sesuatu telah ditutup. Semua perangkat dan anggota tubuh telah ditutup dan tidak ada kesempatan untuk bergerak: “Itulah yang kamu selalu lari daripadanya.”
Itulah saat yang selalu kamu hindari selama ini:
قُلْ إِنَّ الْمَوْتَ الَّذِي تَفِرُّونَ مِنْهُ فَإِنَّهُ مُلاقِيكُمْ
“Katakanlah: “Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu..”. (QS. al-Jum’ah: 8).
Ya Allah, karuniakanlah husnul khatimah kepada kami.