Oleh: KH. Aunur Rafiq Saleh Tamhid, Lc
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ
دَخَلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ الْمَسْجِدَ فَإِذَا هُوَ بِرَجُلٍ مِنْ الْأَنْصَارِ يُقَالُ لَهُ أَبُو أُمَامَةَ فَقَالَ يَا أَبَا أُمَامَةَ مَا لِي أَرَاكَ جَالِسًا فِي الْمَسْجِدِ فِي غَيْرِ وَقْتِ الصَّلَاةِ قَالَ هُمُومٌ لَزِمَتْنِي وَدُيُونٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ أَفَلَا أُعَلِّمُكَ كَلَامًا إِذَا أَنْتَ قُلْتَهُ أَذْهَبَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ هَمَّكَ وَقَضَى عَنْكَ دَيْنَكَ قَالَ قُلْتُ بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ قُلْ إِذَا أَصْبَحْتَ وَإِذَا أَمْسَيْتَ اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ الْهَمِّ وَالْحَزَنِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ الْجُبْنِ وَالْبُخْلِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ غَلَبَةِ الدَّيْنِ وَقَهْرِ الرِّجَالِ
قَالَ فَفَعَلْتُ ذَلِكَ فَأَذْهَبَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ هَمِّي وَقَضَى عَنِّي دَيْنِي
“Dari Abu Sa’id Al-Khudri, ia berkata; Rasulullah shallAllahu wa’alaihi wa sallam pada suatu hari masuk masjid dan ternyata terdapat seorang sahabat dari Anshar yang dipanggil Abu Umamah, beliau berkata: Ada apakah gerangan aku lihat engkau duduk di masjid bukan pada waktu shalat? Dia menjawab; kegundahan dan hutang yang selalu menyelimutiku wahai Rasulullah! Beliau berkata: Maukah aku ajarkan doa yang apabila kamu ucapkan maka Allah Azza wa jalla akan menghilangkan kegundahanmu dan melunaskan hutang-hutangmu? Dia berkata: ya wahai Rasulullah. Beliau bersabda: Apabila kamu berada di pagi dan sore hari maka ucapkanlah: ALLAAHUMMA INNII A’UUDZU BIKA MINAL HAMMI WAL HAZANI WA A’UUDZU BIKA MINAL ‘AJZI WAL KASALI, WA A’UUDZU BIKA MINAL JUBNI WAL BUKHLI WA A’UUDZU BIKA MIN GHALABATID DAINI WA QAHRIR RIJAAL (Ya Allah, aku berlindung kepadaMu dari kegundahan dan kesedihan dan aku berlindung kepadaMu dari kelemahan dan kemalasan dan aku berlindung kepada-Mu dari sifat penakut dan bakhil dan aku berlindung kepada-Mu dari terlilit hutang dan pemaksaan dari orang lain). Dia berkata: maka akupun melaksanakannya dan ternyata Allah ‘azza wajalla menghilangkan kegundahanku dan melunasi hutang-hutangku.” (Sunan Abi Dawud 1330)
• Doa ini sudah terbukti kebenaran dan keampuhannya (mujarab). Bisa diamalkan dan diwiridkan di pagi dan sore hari jika seseorang menghadapi persoalan yang sama. Diantara syaratnya harus yakin Allah akan mengabulkan doa ini sebagaimana Abu Umamah ra meyakininya, karena doa ini “diijazahkan” langsung oleh Nabi saw kepada umatnya melalui Abu Umamah ra. Bukan khusus untuk Abu Umamah ra tapi berlaku bagi semua umatnya.
• Doa ini juga mengajarkan prinsip hidup mulia bagi individu atau pun negara dan bangsa.
• Diantaranya, jangan pernah terjerat hutang. Karena jeratan hutang ini akan membuat seseorang atau negara berada dalam kekuasaan orang lain atau negara lain. Karena itu Nabi saw menyebut “lilitan hutang” terlebih dahulu kemudian “pemaksaan orang lain”, sebab ada kaitannya.
• Hadis ini juga mengisyaratkan adanya orang atau negara yang menjadikan hutang sebagai jeratan untuk menguasai seseorang dan negara. Termasuk hutang budi atau “hutang kasus”.
• Bila seseorang terjerat hutang atau “kasus” bisa jadi “kasus” ini dijadikan “sandera” untuk mendikte dan menguasainya sehingga dia tidak bisa berbuat apa-apa kecuali harus mengikuti keinginan pihak lain tersebut, sekalipun harus mengorbankan harga dirinya dan kepentingan bangsa.
• Orang yang berada dalam kekuasaan pihak lain karena hutang atau “kasus” sudah hilang urat malunya sehingga apa pun yang diinginkan oleh pihak lain yang menguasainya itu harus diperturutkan. Karena dia takut dipermalukan oleh hutang kasusnya.
• Untuk keluar dari “pemaksaan orang lain” ini diperlukan kekuatan mental yang besar. Perlu keberanian untuk menghadapi segala kegundahan dan kesedihan yang akan dihadapinya bila harus menolak keinginan pihak yang memaksanya.
• Ia perlu menguatkan mental dengan bertobat dan mendekatkan diri kepada Allah. Ia harus yakin jika sikapnya menolak keinginan pihak lain yang memaksanya itu lebih besar maslahatnya bagi negara dan bangsa, sekalipun harus menghadapi segala kegundahan akibat sikapnya itu, maka semoga hal ini menjadi kafarat bagi semua kesalahan dan kasus yang selalu diperalat itu.
• Untuk menguatkan mental dan niat baik tersebut, doa ini bisa diwiridkan sebanyak-banyaknya. Semoga dengan mengamalkan doa ini maka semua kegundahan itu dihilangkan Allah lalu terbebas dari kehinaan dunia dan akhirat.