👤 Oleh : Ustadz Abdullah Haidir, Lc.
Kadang kita dibuat kecewa oleh orang-orang yang dahulunya kita kagumi dan kita jadikan sosok teladan. Ternyata seiring perjalanan waktu terjadi perubahan yang ekstrim pada dirinya. Akhirnya kekaguman berubah menjadi kecaman, pujian berubah menjadi cacian.
Pelajaran bagi kita, apabila mencintai seseorang, cintailah sewajarnya, pun jika memusuhinya, musuhi pula sewajarnya. Sebab kondisi bisa berbalik.
Sabda Nabi Saw:
أَحْبِبْ حَبِيبَكَ هَوْنًا مَا عَسَى أَنْ يَكُونَ بَغِيضَكَ يَوْمًا مَا وَأَبْغِضْ بَغِيضَكَ هَوْنًا مَا عَسَى أَنْ يَكُونَ حَبِيبَكَ يَوْمًا مَا
“Cintailah orang yang engkau cintai seperlunya, karena bisa saja suatu hari dia akan menjadi musuhmu, dan bencilah orang yang kamu benci seperlunya, karena bisa jadi suatu hari kelak dia akan menjadi orang yang engkau cintai.” (HR. Tirmizi)
Jika ingin mencari figur teladan, carilah orang yang sudah wafat dalam keshalehannya. Sebab mereka telah selamat dari fitnah. Sedangkan yang masih hidup, masih berpotensi terkena fitnah.
Ibnu Mas’ud berkata,
مَن كانَ مُسْتَنًّا ، فَلْيَسْتَنَّ بمن قد ماتَ ، فإنَّ الحيَّ لا تُؤمَنُ عليه الفِتْنَةُ
Siapa yang ingin mencari teladan, maka teladanilah orang yang sudah wafat, karena orang yang hidup tidak aman dari fitnah.