Oleh: Ustadz Abdullah Haidir, Lc.
Selain dikenal sebagai ‘bulan haram’, oleh kalangan salafus-shaleh bulan Rajab boleh dibilang sebagai gerbang Ramadan. Artinya di bulan ini upaya melakukan persiapan diri untuk menyambut Ramadan mulai digiatkan, dilanjutkan di bulan Sya’ban sehingga kita bertemu Ramadan dalam kondisi prima.
Persiapan yang dimaksud adalah dalam bentuk membiasakan diri dalam meningkatkan amal saleh agar dibulan Ramadan lebih ringan lagi melakukan amal ibadah selama sebulan dengan frekwensi lebih tinggi.
Inilah makna dari ungkapan terkenal di kalangan salafus-shaleh;
رَجَب شَهْرُ الزَّرْعِ، وشَعْبَان شَهْرُ السَّقْيِ، وَرَمَضَان شَهْرُ الْحَصَادِ
Rajab bulan menanam, Sya’ban bulan menyiram, Ramadan bulan panen.
Maka jika sering ditemukan fenomena futur, hilang semangat beribadah setelah beberapa hari Ramadan, bisa jadi hal tersebut karena kurang persiapan. Ibarat orang yang tiba-tiba berolahraga keras, tanpa pemanasan sebelumnya.
Karenanya, walaupun menurut para ulama tidak ada satupun hadits-hadits yang shahih terkait keutamaan ibadah tertentu di bulan Rajab, hal itu cukup kita sikapi dengan tidak menyebarluaskan riwayat-riwayat lemah tersebut. Namun di sisi lain, bukan halangan bagi kita untuk menggiatkan ibadah dan ketaatan di bulan mulia ini dengan niat bahwa ini adalah bulan mulia dan juga sebagai persiapan menuju Ramadan.
Terkait masalah ini, ada hadits shahih riwayat Tirmizi tentang keutamaan bulan Sya’ban. Rasulullah saw banyak berpuasa di bulan Sya’ban. Ketika ditanya sahabat mengapa demikian? Beliau menjawab karena bulan Sya’ban adalah bulan yang dilalaikan, terletak antara Rajab dan Ramadan.
Dalam riwayat tersebut terdapat isyarat, bahwa sebagaimana Ramadan dimuliakan dan diisi dengan amal-amal mulia, Rajab pun demikian. Rasulullah saw ingin agar bulan Sya’ban tidak dilupakan karena terdapat di antara dua bulan mulia tersebut.
Dari sini pula kita dapat memaknai sebuah doa yang populer di bulan Rajab.
اللَهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي رَجبَ وَشَعْبَانَ وَبَلِّغْنَا رَمضَان
Ya Allah, berkahi kami di bulan Rajab dan Sya’ban dan pertemukan kami dengan Ramadan.
Walaupun riwayatnya dhaif, namun sebagai doa boleh saja dipanjatkan. Karena doa, jangankan hadits dhoif, kita sendiri boleh berdoa dengan redaksi apa saja selama doanya baik. Dan doa tersebut maknanya bagus, sesuai kontek, bahkan menggambarkan kerinduan seorang muslim terhadap Ramadan.
Maka, mari kita gemarkan diri kita dengan ibadah-ibadah harian di bulan ini, seperti puasa, qiyamullail, tilawah, zikir dan doa, sedekah dan jangan lupa, tinggalkan kemaksiatan dan kezaliman sejauh-jauhnya.