Berfikir dengan Hati

Ta’ammulat Qur’aniyah

Narasumber : KH Aunur Rofiq Saleh Tamhid, Lc

اَفَلَمْ  يَسِيْرُوْا  فِى  الْاَ رْضِ  فَتَكُوْنَ  لَهُمْ  قُلُوْبٌ  يَّعْقِلُوْنَ  بِهَاۤ  اَوْ  اٰذَا نٌ  يَّسْمَعُوْنَ  بِهَا   ۚ فَاِ نَّهَا  لَا  تَعْمَى  الْاَ بْصَا رُ  وَلٰـكِنْ  تَعْمَى  الْـقُلُوْبُ  الَّتِيْ  فِى  الصُّدُوْرِ

“Maka tidak pernahkah mereka berjalan di bumi, sehingga hati (akal) mereka dapat memahami, telinga mereka dapat mendengar? Sebenarnya bukan mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang di dalam dada.” (QS. Al-Hajj: 46)

* Ayat ini mengajak manusia berfikir dengan menggunakan hati. Karena orang yang berfikir dengan akal fikiran saja sering dangkal, mudah bengkok, dan salah. Sebab akal sangat terbatas kemampuannya, tidak bisa mengetahui halal dan haram, tanpa bimbingan agama. Apalagi akal yang belum tercelup dengan nilai-nilai agama.

• Akal yang belum tercelup dengan nilai-nilai agama cenderung meremehkan agama, menganggap akal dan budaya lebih baik dan lebih penting dari agama. Agama tidak perlu diajarkan di sekolah, karena menurutnya menghambat kemajuan bahkan racun masyarakat. Padahal kalau mau menengok sejenak ke Barat, bisa melihat kedunguan manusia yang membuang agama dan hanya mengandalkan akal bebas semata. Nyaris tidak ada bedanya dengan kehidupan binatang.

• Faham sekularisme, liberalisme, materialisme dan komunisme hanyalah contoh-contoh kedangkalan dan kebengkokan akal fikiran manusia yang tidak mendapat bimbingan agama dan hanya menghasilkan kesnestapaan umat manusia.

• Sekalipun banyak ayat al-Quran yang menyuruh menggunakan akal, tetapi ajaran-ajaran agama Islam ditujukan secara lebih khusus kepada hati. Firman Allah:

قُلْ  مَنْ كَا نَ  عَدُوًّا  لِّجِبْرِ يْلَ  فَاِ نَّهٗ  نَزَّلَهٗ  عَلٰى  قَلْبِكَ  بِاِ ذْنِ  اللّٰهِ  مُصَدِّقًا  لِّمَا  بَيْنَ  يَدَيْهِ  وَهُدًى  وَّبُشْرٰ ى  لِلْمُؤْمِنِيْنَ

“Katakanlah (Muhammad), Barang siapa menjadi musuh Jibril maka (ketahuilah) bahwa dialah yang telah menurunkan (Al-Qur’an) ke dalam hatimu dengan izin Allah, membenarkan apa (kitab-kitab) yang terdahulu, dan menjadi petunjuk serta berita gembira bagi orang-orang beriman.” (QS. Al-Baqarah: 97)

* Karena hati memiliki kemampuan lebih besar dan lebih luas dari akal. Dengan hati, manusia bisa melakukan perjalanan tanpa batas menuju Allah Maha Pencipta. Firman-Nya:

اِلَّا  مَنْ  اَتَى  اللّٰهَ  بِقَلْبٍ  سَلِيْمٍ

“kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih,” (QS. Asy-Syu’ara’ 89)

* Lalu kenapa ada orang berpengetahuan Islam tetapi masih menganggap budaya dan akhlak lebih penting dari agama? Karena ajaran-ajaran Islam baru difahami sebagai pengetahuan dan hanya menyentuh akalnya yang terbatas, belum mencelup hatinya. Karena itu, ajaran-ajaran Allah harus mencelup fikiran dan hati seseorang, seperti kain yang dicelup dengan satu warna hingga merasuk dan menyatu. Firma Allah:

صِبْغَةَ  اللّٰهِ   ۚ وَمَنْ  اَحْسَنُ  مِنَ  اللّٰهِ  صِبْغَةً   ۖ وَّنَحْنُ  لَهٗ  عٰبِدُوْنَ

“Celupan Allah. Siapa yang lebih baik celupannya daripada Allah? Dan kepada-Nya kami menyembah.” (QS. Al-Baqarah: 138).