Oleh: KH. Aunur Rafiq Saleh Tamhid, Lc
اَيَّا مًا مَّعْدُوْدٰتٍ ۗ فَمَنْ كَا نَ مِنْكُمْ مَّرِ يْضًا اَوْ عَلٰى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ اَيَّا مٍ اُخَرَ ۗ وَعَلَى الَّذِيْنَ يُطِيْقُوْنَهٗ فِدْيَةٌ طَعَا مُ مِسْكِيْنٍ ۗ فَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًا فَهُوَ خَيْرٌ لَّهٗ ۗ وَاَ نْ تَصُوْمُوْا خَيْرٌ لَّـکُمْ اِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ
“(yaitu) beberapa hari tertentu. Maka barang siapa di antara kamu sakit atau dalam perjalanan (lalu tidak berpuasa), maka (wajib mengganti) sebanyak hari (yang dia tidak berpuasa itu) pada hari-hari yang lain. Dan bagi orang yang berat menjalankannya, wajib membayar fidyah, yaitu memberi makan seorang miskin. Tetapi barang siapa dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itu lebih baik baginya, dan puasamu itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 184)
• Dalam ayat ini Allah menyebut lama pelaksanaan puasa di bulan ramadhan ini dengan “beberapa hari tertentu”. Allah tidak menyebut dengan “satu bulan”, padahal pelaklasaannya selama satu bulan ramadhan penuh.
• Ini disebut pendekatan psikologi bahasa. Allah ingin menyampaikan kesan di dalam jiwa manusia bahwa puasa sebulan ramadhan ini tidak lama, apalagi bagi orang yang bisa menikmati kelezatan spiritualnya. Bahkan akan terasa terlalu cepat berlalu, hingga sebagian salaf yang saleh mengungkapkan ingin rasanya berlama-lama menikmati ramadhan.
• Ungkapan ini, “beberapa hari tertentu”, juga mengisyaratkan agar kita benar-benar memanfaatkan hari-hari ramadhan ini untuk melakukan sebanyak mungkin kebaikan, ibadah dan ketaatan. Karena hari-hari ramadhan sangat singkat bagi orang yang ingin mengisil bekal terbaik untuk perjalanan sebelas bulan ke depan. Ia harus melakukan optimalisasi bulan penuh berkah ini.
• Ketika menggambarkan betapa lama dakwah yang dilakukan Nabi Nuh as, selama 950 tahun, Allah juga menggunakan pendekatan psikologi bahasa. Allah tidak mengungkapkan denga 950 tahun tetapi diungkapkan dengan “seribu tahun kurang limapuluh tahun”:
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا نُوْحًا اِلٰى قَوْمِهٖ فَلَبِثَ فِيْهِمْ اَ لْفَ سَنَةٍ اِلَّا خَمْسِيْنَ عَا مًا ۗ فَاَ خَذَهُمُ الطُّوْفَا نُ وَهُمْ ظٰلِمُوْنَ
“Dan sungguh, Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, maka dia tinggal bersama mereka selama seribu tahun kurang lima puluh tahun. Kemudian mereka dilanda banjir besar, sedangkan mereka adalah orang-orang yang zalim.” (QS. Al-‘Ankabut: 14)
• Ungkapan ini, “seribu tahun kurang limapuluh tahun”, untuk menyampaikan kesan di dalam jiwa betapa lama dakwah yang dilakukan Nabi Nuh as.
• Semua pendekatan ini untuk mempersuasi jiwa manusia, khususnya jiwa yang suka memerintahkan keburukan ( امارة بالسوء) atau suka mencela (لوامة ) agar tertundukkan dan tidak menjadi penghambat bagi tercapainya kemantapan jiwa (muthma’innah) untuk melaksakan syariat Allah dengan penuh ridha tanpa merasa berat.
• Lanjutan ayat ini menyebutkan bukti bahwa puasa ini tidak memberatkan, dengan memberikan keringanan bagi orang yang secara fisik tidak mampu melakukannya. Justru hambatan fisik ditoleransi dengan diberi keringanan tetapi hambatan jiwa (merasa berat) tidak ditoleransi sehingga dilakukan berbagai pengondisian bagi jiwa agar tidak merasa berat untuk melakukannya.